Jenderal Yamamoto
Jenderal Yamamoto |
Namanya sendiri merupakan sesuatu yang membangkitkan minat dengan nama keluarga ayahnya. Sebagai contoh, sekiranya seorang Jepang mendapat malang seperti hanya mendapat anak perempuan, mereka akan mendesak salah seorang dari menantu lelaki agar mengganti nama keluarga untuk melestarikan nama keluarga anak perempuan mereka. Juga bukanlah perkara luar biasa untuk mengganti nama seseorang.
Pada 1916, Isoroku mengganti nama akhirnya menjadi Yamamoto, karena Yamamoto merupakan nama yang dihormati dan tua dalam sejarah Jepang. Salah seorang darinya adalah Tatekawa Yamamoto, yang melawan kaisar dan tentaranya pada Pertempuran Watkamatsu, semasa perang Bosshin. Karena dia merupakan salah seorang pemimpin pemberontak, saat ditangkap, dia dipenggal kepalanya di Watkamatsu. Karena Yamamoto Tatekawa tidak mempunyai anak lelaki, Isoroku turut merupakan masa depan kelompok Yamamoto.
Menjadi perkara biasa di Jepang bagi seorang lelaki menikah dengan tujuan untuk mendapat anak lelaki untuk melestarikan nama keluarga. Inilah yang dilakukan oleh Isoroku. Pada tahun 1918, dia mengawini Reiko, yang ironisnya, dari keluarga Watkamatsu. Mereka mendapat empat orang anak, dua lelaki dan dua perempuan.
Yamamoto memasuki Akademi AL di Etajima, Hiroshima pada 1901, tamat belajar pada tahun 1904. Pada tahun 1905 semasa Perang Rusia-Jepang, dia turut terlibat sebagai letnan muda di atas penjajap Nisshin di Pertempuran Tsushima melawan Angkatan Baltik Rusia. Dalam pertempuran itu, dia kehilangan dua jari pada tangan kirinya (lihat gambar sebelah kanan). Selepas perang, dia menyertai beberapa kapal layar di seluruh Samudra Pasifik.
Pada tahun 1913, dia menyertai Universitas Staf Angkatan Laut di Tsukiji, tanda-tanda bahwa dia sedang dilatih untuk pucuk pimpinan. Setelah tamat pada 1916, dia dilantik sebagai tangan tangan Skuadron Tempur Kedua dan diambil sebagai anggota keluarga Yamamoto. Semenjak 1919 hingga 1921, dia belajar di Universitas Harvard.
Dilantik sebagai komandan sekembalinya ke Jepang, dia mengajar di Universitas Staf sebelum diantar ke Pusat Latihan Udara baru di Kasumigaura pada 1924, untuk mengarahkannya dan belajar terbang.
Dari 1926 hingga 1928, dia merupakan atase AL bagi kedutaan Jepang di Washington, dan banyak mengembara di seluruh Amerika Serikat, yang memberinya pandangan mendalam mengenai saingan masa depannya. Dia kemudian dilantik ke Biro Urusan AL dan dilantik sebagai Laksamana Muda. Dia menghadiri Konferensi Angkatan Laut London pada 1930. Sekembalinya ke Jepang, dia menyertai Biro Penerbangan Angkatan Laut dan dari tahun 1933 mengetuai biro dan mengurusi seluruh program penerbangan angkatan laut.
Pada Desember 1936, Yamamoto dilantik sebagai wakil menteri bagi Angkatan Laut Jepang, dan menggunakan kedudukannya untuk mengutarakan dengan penuh semangat untuk kekuatan udara Angkatan Laut dan menentang pembuatan kapal tempur yang baru. Dia juga menentang penjajahan Manchuria dan keinginan militer untuk bersepakat dengan Jerman. Saat kapal terbang Jepang menyerang kapal bersenjata AS, Panay di sungai Yangtze pada Desember 1937, dia memohon maaf secara pribadi kepada duta Amerika. Dia menjadi sasaran percobaan pembunuhan pihak fasis; seluruh kementerian Angkatan Laut terpaksa diletakkan di bawah pengawalan. Bagaimanapun, pada 30 Agustus 1939, Yamamoto dilantik menjadi Laksamana dan dilantik sebagai Panglima Tertinggi seluruh armada.
Lencana dari Admiral Isoroku Yamamoto
Laksamana Yamamoto tidak mengurangi kedudukan anti-konflik logisnya saat Jepang menandatangani Pakta Tripartit dengan Jerman dan Italia pada September 1940. Yamamoto memberi pengumuman kepada PM Konoe Fumimaro untuk tidak menimbangkan peperangan dengan Amerika Serikat: "Sekiranya saya diperintahkan berperang... Saya akan merajalela selama enam bulan pertama... tetapi saya tidak mempunyai keyakinan apapun buat tahun kedua dan ketiga." Dia terbukti amat tepat karena Pertempuran Midway (secara umum dianggap sebagai titik perubahan dalam konflik Pasifik) terjadi enam bulan (hampir pada hari) setelah pengeboman Pearl Harbor. Pandangan jauhnya turut mendorongnya untuk mempercayai bahwa serangan pendahuluan terhadap pasukan Angkatan Laut Amerika Serikat amat penting sekiranya peperangan terjadi.
Dia juga membayangkan dengan tepat taktik "lompat pulau" dan penguasaan udara yang akan ditonjolkan dalam perperangan itu, walaupun pandangannya gagal saat berkenaan dengan kapal tempur, karena dia (sebagaimana kebanyakan pegawai dalam AL AS, harus dirumuskan) masih percaya sebagai salah satu komponen penting bagi pasukan AL.
Disusul dengan penjajahan Indochina dan pembekuan aset Jepang oleh AS pada Juli 1941, Yamamoto memenangkan perdebatan mengenai taktik dan keseluruhan cabang udara Angkatan Pertama di bawah Laksamana Nagumo Chuichi yang ditumpukan terhadap angkatan Amerika pada Pearl Harbor, menyerang pada 7 Desember. Dengan sekitar 350 kapal terbang yang diluncurkan dari enam kapal induk, delapan belas kapal perang Amerika ditenggelamkan atau dilumpuhkan. Kegagalan Nagumo untuk memerintahkan operasi cari-dan-serang yang kedua terhadap kapal induk Amerika atau gelombang kedua bertujuan untuk memusnahkan fasilitas simpanan minyak penting pangkalan itu yang akan melumpuhkan operasi angkatan Pasifik AS sendiri dan ketidakcenderungan Yamamoto untuk mendesaknya, mengganti kemenangan taktis menjadi kekalahan strategis.
Yamamoto mengarahkan operasi dalam Pertempuran Laut Jawa pada 27 Februari–28 Februari 1942. Tanpa keterlibatan kuasa udara dan pertempuran hampir sepenuhnya terjadi antara penjajap, pihak Jepang mengalahkan pasukan kapal gabungan Belanda, Britania Raya, dan Amerika Serikat, yang dengan itu memungkinkan Jepang merampas Jawa.
Pada bulan yang sama, Laksamana Yamamoto, yang bertanggung jawab merancang serangan atas Pearl Harbor yang berhasil, mencadangkan penjajahan Australia serta-merta. Dia baru saja melaksanakan serangan bom di Darwin di Northern Territory. Dia merayu dengan Staf Umum Jepang, untuk mendaratkan dua Divisi Militer Jepang di pesisir utara Australia yang mempunyai pertahanan yang lemah. Mereka merancang untuk menyusuri landasan kereta api utara-selatan hingga ke Adelaide, dengan itu membagikan Australia menjadi dua medan yang berhadapan. Saat Adelaide telah dirampas, pasukan kedua akan mendarat di sebelah pesisir timur laut Australia dan menuju ke utara ke Sydney dan ke arah selatan ke Melbourne.
Rancangan Yamamoto kelihatan sebagai rancangan umpan dan bukanlah rancangan untuk menjajah Australia. Dia ingin menarik sebagian besar tentara Amerika melancarkan serangan atas kelompok Kepulauan Jepang jauh di utara Australia.
Jenderal Yamashita setuju dengan Rencana Penjajahan Yamamoto. Ia malah menawarkan diri untuk mengetuai penjajahan tersebut. Bagaimanapun, rancangan itu ditentang oleh Perdana Menteri Jepang, Jenderal Hideki Tōjō, karena dia percaya bahwa tiada rencana kebetulan yang dipertimbangkan dalam Rancangan Penjajahan Yamamoto. Jenderal Tojo Hideki bimbang akan angkatan perdagangan Jepang telah direnggangkan pada jangkauan maksimal dan pihak Amerika dengan mudah dapat mengalihkan B-17 Flying Fortress mereka ke Sydney untuk melumpuhkan pasukan penjajahan.
Kaisar Hirohito memutuskan untuk membuat lengah Rencana Penjajahan hingga pasukan Jepang berhasil menduduki Burma dan bergabung dengan pemberontak Nasionalis India. Keputusan Pertempuran Laut Karang dan Midway memastikan bahwa Rencana Penjajahan Australia tidak pernah dipertimbangkan kembali.
Yamamoto tidak pernah pulih dari kekalahan di Midway, walaupun dia tetap berkuasa. Dia mengarahkan gerakan Solomons den menyadari kepentingan strategis Pertempuran Guadalcanal, dia memulai usaha untuk menyingkirkan tentara Amerika yang mendarat pada 7 Agustus 1942. Yamamoto, bagaimanapun, gagal memahami pada peringkat cukup awal bahwa pertempuran pertama ini penting, dan tahap usaha yang diperlukan bagi kemenangan. Tentera Jepang mengalami kerugian besar sebelum dia memutuskan bahwa dia tidak mampu menyingkirkan tentara Amerika, yang kekuatannya telah meningkat melebihi titik di mana pihak Jepang mampu menang. Pada 4 Januari 1943, dia memerintahkan pengunduran dari pulau tersebut. Pengunduran yang dilakukan merupakan puncak tindakan taktis.
Untuk meningkatkan moril selepas kekalahan di Guadalcanal, Yamamoto memutuskan melakukan lawatan pemeriksaan sepanjang Pasifik Selatan. Pada 14 April 1943, di atas usaha perisikan tentera laut Amerika, dengan menggunakan nama sandi "Magic", berhasil memintas dan penyulitan laporan mengenai lawatan tersebut.
Duta enkripsi asal NTF131755 ditujukan kepada komandan Base Unit No. 1, Flotila Udara ke 11 dan Flotila Udara ke 26, memberitahu rencana lawatan yang disulitkan menggunakan Sandi Rahasia AL Jepang JN-25D (Buku Kode Operasi AL dari versi ke-3 RO) dan dipintas oleh Unit Radio Angkatan Armada Pasifik.
Perutusan itu mengandung perincian mengenai tempat, waktu tolak, dan tibanya Yamamoto, termasuk juga jumlah dan jenis pesawat yang akan membawa dan mengiringinya dalam perjalanan. Perutusan tersebut menjelaskan bahwa Yamamoto akan terbang ke Bougainville di kepulauan Solomon di pesisir New Guinea, menggunakan Mitsubishi G4M "Betty" — pesawat pengebom bermesin kembar — pada 18 April. Dia akan diiringi oleh enam pejuang Mitsubishi Zero, dan diperkirakan tiba pada 08.00 dan kemudian bertolak dengan perahu ke kepulauan Shortland pada 08.40.